Translate


Kawasan wisata Lovina terkenal dengan wisata pantai dan habitat lumba-lumbanya. Wisatawan yang datang berkunjung ke Lovina, sebagian besar menyempatkan diri untuk melihat lumba-lumba di habitat aslinya. Seperti apa?

Untuk bisa melihat lumba-lumba di habitat aslinya, kita harus menyewa jukung atau perahu tradisional. Jukung tradisional ini banyak tersedia di sepanjang Pantai Lovina.

Jika Anda menginap di kawasan Lovina, pemesanan jukung bisa dilakukan sehari sebelumnya. Di sekitar hotel-hotel yang ada di kawasan Lovina, seperti di jalan Laviana misanya, banyak pemilik jukung yang menawarkan jasanya mengantar wisatawan untuk melihat lumba-lumba di perairan Pantai Lovina.

Pemilik jukung biasanya akan menawarkan tarif mulai Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu per orang untuk naik jukung melihat lumba-lumba di tengah laut. Harga ini tidak tentu, tergantung nego dan kesepakatan dengan pemilik perahu. Pemilik perahu biasanya akan menawarkan harga sewa satu perahu, misalnya mulai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu atau lebih, per perahunya, dengan kapasitas 5 hingga 6 orang penumpang.


Beritabali.com berkesempatan mencoba wisata melihat lumba-lumba di Lovina Buleleng, belum lama ini. Sehari sebelumnya, kami memesan perahu untuk mengantar kami ke tengah laut keesokan harinya. Kami sepakat di harga Rp 250 ribu untuk sewa satu perahu, kapasitas lima orang penumpang.

Keesokan paginya, pemilik perahu menjemput kami ke hotel di kawasan Pantai Lovina, pukul 05.30 Wita. Meski mata masih mengantuk, kami kemudian mengikutinya ke pantai menuju jukung yang akan membawa kami ke tengah laut.

Sekitar pukul 06.00 Wita, kami pun berangkat ke tengah laut untuk 'berburu' lumba-lumba. Setelah berperahu sekitar satu jam ke tengah laut, perburuan untuk melihat kawanan lumba-lumba pun dimulai. Di tengah laut sudah ada puluhan jukung yang punya tujuan sama dengan kami, yakni ingin melihat kawanan lumba-lumba muncul di perairan Lovina, di saat matahari baru terbit.

Kenapa kami sebut dengan istilah 'berburu', karena di tengah laut kami memang 'memburu' kawanan lumba-lumba untuk dilihat dari jarak dekat. Jika kawanan lumba-lumba tiba-tiba muncul di arah selatan, maka puluhan perahu yang mengangkut wisatawan akan langsung bergerak menuju ke arah tersebut beramai-ramai agar bisa melihat lumba-lumba dari dekat.

Demikian juga jika kawanan lumba-lumba tiba-tiba muncul di arah timur, maka puluhan jukung wisatawan akan beramai-ramai menuju arah munculnya kawanan lumba-lumba itu. Sungguh suatu pemandangan yang unik, dimana jukung para wisatawan mondar-mandir di atas laut hanya untuk melihat munculnya lumba-lumba di permukaan air dari jarak dekat. Wisatawan mungkin tidak sadar jika sedang 'dikerjai' oleh lumba-lumba yang ada di bawah air, he he he.

Dalam waktu satu jam, kami bisa melihat kemunculan kawanan lumba-lumba ke permukaan air lebih dari sepuluh kali. Jumlah lumba-lumba yang muncul bervariasi, mulai yang hanya satu dua ekor, hingga lebih dari tujuh ekor dalam satu kawanan lumba-lumba yang muncul ke permukaan. Kemunculan lumba-lumba ini menjadi semakin menarik karena bersamaan dengan munculnya matahari terbit di arah timur.

Setelah lebih dari satu jam 'berburu' kawanan lumba-lumba di lautan, kami memutuskan kembali ke daratan pantai Lovina.

Menurut pemilik Jukung, Gede Setiawan, musim liburan mulai bulan Juni dan Juli, memang saat yang terbaik untuk melihat kawanan lumba-lumba di perairan Lovina.

"Saat musim liburan bulan Juni dan Juli, memang waktu yang tepat untuk melihat lumba-lumba, cuacanya bagus, ombak juga tidak terlalu besar. Kalau bulan Desember hingga Maret, ombaknya agak besar dan cuaca tidak cerah seperti saat ini (Juni),"ujar Gede.

Melihat kawanan lumba-lumba di perairan Pantai Lovina sungguh menjadi sebuah pengalaman yang menarik. Meski pengelola wisata bahari di wilayah Bali selatan kini juga menawarkan melihat lumba-lumba di kolam buatan, namun melihat kawanan lumba-lumba di habitat aslinya di perairan pantai Lovina Buleleng, tentu jauh lebih menarik dan berkesan.

Related Post :