Translate


Untuk menjadikan pemilihan Gubernur Bali 2013 sebagai ajang kreativitas, pasangan Puspayoga-Sukrawan (PAS) menggelar lomba foto di facebook. Lomba ini bertemakan “Berjuang dengan Gembira”.
Read More >>

Menjelang hari raya Galungan, umat Hindu Bali melakukan upacara Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Apa maknanya ?

Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba adalah sebuah kegiatan rohani dalam rangka menyucikan bhuana agung (makrokosmos) atau alam semesta. Sugihan Jawa ini  jatuh pada hari Kamis Wage Sungsang.

Read More >>
 
Grup Band Superman Is Dead (SID), Jerinx, menyatakan Bali membutuhkan pariwisata yang berkualitas, bukan asal sekedar mendatangkan turis dan dollar.Menurutnya, saat ini pariwisata Bali dijual murah.

Hal ini disampaikan pria bernama asli I Gede Ari Astina ini, saat menghadiri simakrama (temu warga) yang digelar rutin oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, di Denpasar, Sabtu (16/3/2013).

Menurut drummer grup band punk rock asal Kuta itu, Bali membutuhkan pariwisata yang berkualitas, bukan asal sekedar mendatangkan turis dan dollar.

Read More >>

Sehari setelah Nyepi, warga Sesetan Denpasar menggelar tradisi omed-omedan. Tradisi ini sudah ada jauh sebelum zaman penjajahan dan diwarisi turun temurun.

Omed-omedan merupakan tradisi yang dilakoni anak-anak muda. Remaja perempuan dan lelaki berbaris satu barisan yang saling berhadap-hadapan. Dari barisan lelaki dan perempuan, yang akan melakukan ritual omed-omedan akan digendong. Keduanya lalu dipertemukan. Mereka berciuman. Ciuman mereka terhenti ketika para tetua adat membunyikan pluit dan menyiramkan air.

Read More >>

Hari raya Nyepi oleh umat hindu di Bali dirayakan sebagai hari pergantian tahun baru Caka. Hari raya ini menurut penanggalan hindu jatuh pada tanggal satu (penanggal pisan) sasih X (kedasa) atau tepatnya sehari sesudah tilem ke IX (kesanga). Terdapat beberapa rangkaian pelakasanaan hari raya Nyepi ini, yaitu:

Melasti 


Melasti sering disebut dengan Melis atau Mekiis. Upacara melasti ini dilakukan pada pengelong 13 sasih kesanga (tepatnya traodasa kresnapaksa sasih IX). Pada upacara melasti ini dilakukan pensucian atau pembersihan segala sarana atau prasarana persembahyangan. Alat-alat atau sarana persembahyangan yang dibersihkan antara lain adalah: pratima dan pralingga. Sarana-sarana ini selanjutnya diusung ke tempat pembersihan seperti laut (pantai) atau sumber mata air lain yang dianggap suci, sesuai dengan keadaan tempat pelaksanaan upacara (desa, kala, patra). Tujuan dari upacara melasti ini adalah untuk memohon tirtha amerta sebagai air pembersih dari Hyang Widhi.


Tawur Kesanga 


Tawur kesanga jatuh sehari sebelum pelaksanaan hari raya nyepi yaitu pada tilem kesanga. Pada upacara tawur ini dilakukan persembahan kepada para bhuta berupa caru. Caru ini dipesembahkan agar para bhuta tidak menurunkan sifat-sifatnya pada pelaksanaan hari raya nyepi. Hal ini juga bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur jahat dari diri manusia sehingga tidak mengikuti manusia pada tahun berikutnya. Upacara tawur kesanga ini sering juga disebut dengan upacara pecaruan dan juga tergolong upacara bhuta yadnya.


Hari Nyepi 


Hari raya nyepi dirayakan oleh umat dengan cara melakukan Catur Bratha Penyepian. Catur bratha penyepian terdiri dari empat macam pantangan yaitu: amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bekerja) dan amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan). Semua pantangan in dilakukan untuk mengekang hawa nafsu dan segala keinginan jahat sehingga dicapai suatu ketenangan atau kedamaian batin. Dengan ini pikiran manusia bisa terintropeksi atas segala perbuatannya pada masa lalu dan pada saat yang sama memupuk perbuatan yang baik untuk tahun berikutnya. Semua ini dilakukan selama satu hari penuh pada hari raya nyepi.


Ngembak Geni 

Sehari setelah hari raya nyepi, semua aktivitas kembali berjalan seperti biasa. Hari ini dimulai dengan persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru. Pada hari ngembak geni ini hendaknya umat saling bersilatuahmi dan memaafkan satu sama lain.

Hari raya nyepi pada hakekatnya adalah hari pengekangan hawa nafsu dan intropeksi diri atas segala perbuatan yang dilakukan pada masa lalu. Pelaksanaan hari raya nyepi ini harus didasari dengan niat yang kuat, tulus dan ikhlas tanpa ada ambisi tertentu. Pengekangan hawa nafsu untuk mencapai kebebasan batin memang suatu ikatan tetapi ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Read More >>

Ogoh-Ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa. Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Neraka, seperti: naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan dewa.

Dalam perkembangannya, ogoh-ogoh ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.

Read More >>

Salah satu rangkaian yang biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali untuk menyambut Hari Raya Nyepi adalah melakukan ritual Melasti. Prosesi ritual Melasti atau Mekiyis merupakan penyucian benda sakral terkait perayaan Hari Suci Nyepi ditandai iring-iringan warga berpakaian adat membawa 'Pratime' menuju pantai terdekat.

Ritual Melasti juga merupakan kegiatan penyucian diri menjelang Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hari Selasa, 12 Maret 2013 mendatang.

"Ritual Melasti kali ini adalah penyucian benda sakral seperti 'Pratime' dan benda suci lainnya untuk menyambut Tahun Baru Saka 1935," ujar Dewa Gede Oka, salah satu tokoh adat Kuta, Sabtu (9/3/2013).

Read More >>